Ide Usaha Untuk Janda Tua
Di usia yang menjelang senja, hidup menjanda merupakan tantangan hidup yang tidak mudah. Namun begitu, para janda tua tetap bisa jadi pengusaha.
Beberapa waktu yang lalu saya pernah menulis artikel tentang ide usaha untuk janda muda. Tapi kemudian muncul pertanyaan dari sejumlah pembaca dan teman yang menanyakan bagaimana dengan janda tuanya? Nah, untuk itulah saya menulis artikel ini.
Sebelum memulai, rasanya perlu terlebih dahulu menentukan apa yang di maksud dengan janda tua. Di sini saya tidak akan menggunakan acuan fisik sebagai patokan karena tiap orang berbeda-beda kondisinya. Untuk itu, saya akan menggunakan usia sebagai acuan.
Janda tua yang dimaksud dalam artikel ini adalah para janda yang berusia 55 tahun ke atas. Kenapa dimulai pada 55? Sederhana saja, karena pada usia ini seseorang sudah tidak bisa dibilang muda lagi. Begitu pula dengan mereka yang berusia diatasnya..
Lalu, usaha macam apa yang bisa dilakukan oleh para janda yang telah memasuki usia lanjut? Dalam pandangan saya, usaha untuk para janda tua adalah usaha yang fokus pada aktualisasi diri. Bukan berarti usaha tersebut tidak profit oriented, namun kegiatannya lebih ditujukkan agar para janda tua tersebut bisa tetap aktif. Usaha tersebut juga sebaiknya dilakukan beramai-ramai. Urunan dengan para janda tua lainnya. Dengan begitu, para janda tua akan memadukan kekuatan dengan menjadikan bisnis sebagai sarana sosialiasi dan bermasyarakat.
Nah, mengenai model usahanya sendiri bisa bermacam-macam. Tapi dalam pandangan saya, model kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) adalah model bisnis yang paling cocok untuk para janda tua.
Kewirausahaan sosial adalah sebuah model bisnis yang fokus pada penyelesaian masalah-masalah sosial dan perbaikan taraf hidup masyarakat sekitar. Pelakunya adalah anggota masyarakat sendiri dan hasilnya dibagikan secara merata keseluruh anggota. Dengan begitu, seluruh elemen yang terlibat dalam bisnis akan mendapatkan manfaatnya.
Misalnya, masyarakat membentuk sebuah kelompok usaha untuk membudidayakan tanaman obat untuk dijual. Hasil penjualan tersebut sebagian digunakan untuk pengembangan usaha, sebagian lagi untuk pembangunan dan perawatan sekolah, dan sebagian lagi untuk tabungan pendidikan dan keperluan sehari-hari. Dengan begitu, masyarakat yang tadinya pasif dan tidak memiliki penghasilan tetap, bisa secara bersama-sama menjalankan bisnis untuk kemaslahatan bersama.
Rhenald Kasali mengatakan bahwa kewirausahaan sosial bukanlah untuk menjadi kaya tapi untuk melatih kepekaan untuk saling berbagi. “Kaya adalah akibat, bukan tujuan. Kaya adalah hasil dari kerja keras kita… [dan] dalam kewirausahaan sosial, tidak hanya orang kaya yang bisa berbagi. Disini, orang miskin pun bisa berbagi.”
Mengacu pada hal di atas, maka para janda tua bisa menggabungkan keahlian dan pengalaman mereka untuk menciptakan sebuah produk atau layanan yang bisa dijual. Lalu keuntungannya dimanfaatkan untuk pemberdayaan para janda itu sendiri.
Contoh, para janda tua yang punya keterampilan memasak membentuk sebuah kelompok usaha katering. Hasil dari penjualan katering tersebut sebagian dibagikan untuk keuntungan anggota dan sebagian lagi untuk melatih para janda dan ibu-ibu lainnya agar bisa membuat makanan yang sama lezatnya. Hasilnya, kelompok usaha tadi bertambah variasi makanannya dan kapasitas produksinya pun meningkat seiring dengan bertambahnya anggota. Para ibu di lingkungan sekitar pun sekarang bisa mendapat penghasilan tambahan.
Masih banyak contoh-contoh kewirausahaan sosial yang bisa dijadikan inspirasi usaha untuk para janda tua. Contoh di atas hanyalah contoh kecilnya saja dan juga karena saya doyan makan. Jadi tidak jauh-jauh dari masakan lezat he..he..he..
Memasuki usia senja dan hidup tanpa suami bukan berarti para janda tua kehilangan kesempatan untuk bisa jadi pengusaha. Dengan pendekatan bisnis yang tepat, seperti melalui kewirausahaan sosial, para janda tua bisa menggabungkan kekuatan, kemauan, dan keterampilan untuk menjadi sebuah gerakan perubahan yang bisa membawa dampak positif secara sosial, spiritual dan finansial. Tak hanya pada diri mereka sendiri, tapi juga pada masyarakat di sekitarnya.
Kutipan Artikel : adityafajar
Post a Comment