Nasional
Tenyata AS Berutang Rp1.551 Triliun kepada Arab Saudi
Terungkap, AS Berutang Rp1.551 Triliun kepada Arab Saudi - Salah satu misteri terbesar finansial global baru saja terungkap, yaitu soal besaran utang Amerika Serikat terhadap Arab Saudi.
Dikutip CNN, pada Senin (17/5), Departemen Keuangan AS membeberkan nilai utang luar negeri mereka ke khalayak. Saudi disebutkan mengatongi surat utang AS senilai US$116,8 miliar atau lebih dari Rp1.551 triliun.
Nilai utang AS kepada Saudi sebelumnya menjadi misteri. Pasalnya selama empat dekade AS tidak pernah mengungkapkannya.
Besaran utang ini menjadikan Saudi pemegang utang luar negeri AS terbesar ke-13. China adalah negara yang memegang obligasi terbesar AS, hingga US$1,3 triliun, kedua adalah Jepang, US$1,1 triliun.
Ihwal besaran utang AS pada Saudi ini diungkapkan pertama kali oleh Bloomberg News setelah mengajukan permintaan pengungkapan dokumen negara berdasarkan undang-undang Kebebasan Informasi.
Saudi sangat istimewa. Karena berbeda dengan negara pengutang terbesar lainnya, Departemen Keuangan AS tidak mengungkapkan besaran utang Saudi sejak tahun 1970-an. Ini berdasarkan perjanjian antara AS dan Saudi pada 1973 demi menjaga hubungan baik kedua negara.
Pejabat Depkeu AS mengatakan, pengungkapan pekan ini demi “transparansi” data.
CNN menuliskan, ada kemungkinan pemerintah Raja Salman memiliki lebih banyak surat utang AS ketimbang yang diungkapkan awal pekan ini. Pasalnya bank sentral Saudi mencatatkan kepemilikan surat utang luar negeri hingga senilai US$587 miliar per Maret lalu. Biasanya bank sentral memarkir cadangan harta luar negeri mereka dalam bentuk surat utang AS.
Kemungkinan lainnya, lanjut CNN, Saudi menggunakan taktik China. Para pengamat meyakini China memiliki lebih banyak surat utang AS dengan membelinya melalui rekening tunggangan di Belgia, negara kecil yang memiliki obligasi AS hingga lebih dari US$154 miliar pada Maret lalu.
Sejak akhir 2014, Saudi mencairkan lebih dari US$130 miliar surat utang luar negeri mereka, kemungkinan besar termasuk yang ada di AS, untuk membantu keuangan negara menyusul anjloknya harga minyak.
Departemen Keuangan AS mengatakan surat utang yang dimiliki Arab Saudi saat ini berkurang dari nilai sebelumnya pada Januari yaitu sebesar US$123,6 miliar.
Ketegangan antara pemerintah Barack Obama dan Saudi yang terjadi belakangan ini membuat pemerintah Riyadh melancarkan ancaman. Menurut sumber CNN April lalu, Arab Saudi mengancam akan menjual aset Amerika jika Kongres meloloskan undang-undang yang memperbolehkan para korban 9/11 menggugat negara lain. Sumber di Saudi mengatakan, Kerajaan tidak main-main dalam melancarkan ancaman tersebut.
Penjualan sejumlah besar surat utang AS dalam satu waktu akan menyebabkan nilai sekuritas terpuruk, mengancam stabilitas pasar finansial global. Hal ini juga bisa merusak keuangan Arab Saudi sendiri, membuat para ahli berkesimpulan ancaman itu tidak akan dilakukan.
Pengungkapan kepemilikan surat utang AS juga menunjukkan bahwa Cayman Islands, negara dengan populasi kurang dari 60 ribu, memiliki obligasi AS senilai US$265 miliar per Maret. Nilai ini adalah yang terbesar ketiga setelah China dan Jepang, sekaligus menegaskan predikat Cayman Island sebagai negara surga pajak. Cayman Island tidak mengenal pajak perusahaan, membuat perusahaan multinasional menyimpan uang dalam jumlah besar di negara itu untuk menghindari pajak.
Sementara itu, Bermuda, negara surga pajak lainnya, memiliki obligasi AS senilai US$63 miliar. (den) | CNN Indonesia
Dikutip CNN, pada Senin (17/5), Departemen Keuangan AS membeberkan nilai utang luar negeri mereka ke khalayak. Saudi disebutkan mengatongi surat utang AS senilai US$116,8 miliar atau lebih dari Rp1.551 triliun.
Nilai utang AS kepada Saudi sebelumnya menjadi misteri. Pasalnya selama empat dekade AS tidak pernah mengungkapkannya.
Besaran utang ini menjadikan Saudi pemegang utang luar negeri AS terbesar ke-13. China adalah negara yang memegang obligasi terbesar AS, hingga US$1,3 triliun, kedua adalah Jepang, US$1,1 triliun.
Ihwal besaran utang AS pada Saudi ini diungkapkan pertama kali oleh Bloomberg News setelah mengajukan permintaan pengungkapan dokumen negara berdasarkan undang-undang Kebebasan Informasi.
Saudi sangat istimewa. Karena berbeda dengan negara pengutang terbesar lainnya, Departemen Keuangan AS tidak mengungkapkan besaran utang Saudi sejak tahun 1970-an. Ini berdasarkan perjanjian antara AS dan Saudi pada 1973 demi menjaga hubungan baik kedua negara.
Pejabat Depkeu AS mengatakan, pengungkapan pekan ini demi “transparansi” data.
CNN menuliskan, ada kemungkinan pemerintah Raja Salman memiliki lebih banyak surat utang AS ketimbang yang diungkapkan awal pekan ini. Pasalnya bank sentral Saudi mencatatkan kepemilikan surat utang luar negeri hingga senilai US$587 miliar per Maret lalu. Biasanya bank sentral memarkir cadangan harta luar negeri mereka dalam bentuk surat utang AS.
Kemungkinan lainnya, lanjut CNN, Saudi menggunakan taktik China. Para pengamat meyakini China memiliki lebih banyak surat utang AS dengan membelinya melalui rekening tunggangan di Belgia, negara kecil yang memiliki obligasi AS hingga lebih dari US$154 miliar pada Maret lalu.
Sejak akhir 2014, Saudi mencairkan lebih dari US$130 miliar surat utang luar negeri mereka, kemungkinan besar termasuk yang ada di AS, untuk membantu keuangan negara menyusul anjloknya harga minyak.
Departemen Keuangan AS mengatakan surat utang yang dimiliki Arab Saudi saat ini berkurang dari nilai sebelumnya pada Januari yaitu sebesar US$123,6 miliar.
Ketegangan antara pemerintah Barack Obama dan Saudi yang terjadi belakangan ini membuat pemerintah Riyadh melancarkan ancaman. Menurut sumber CNN April lalu, Arab Saudi mengancam akan menjual aset Amerika jika Kongres meloloskan undang-undang yang memperbolehkan para korban 9/11 menggugat negara lain. Sumber di Saudi mengatakan, Kerajaan tidak main-main dalam melancarkan ancaman tersebut.
Penjualan sejumlah besar surat utang AS dalam satu waktu akan menyebabkan nilai sekuritas terpuruk, mengancam stabilitas pasar finansial global. Hal ini juga bisa merusak keuangan Arab Saudi sendiri, membuat para ahli berkesimpulan ancaman itu tidak akan dilakukan.
Pengungkapan kepemilikan surat utang AS juga menunjukkan bahwa Cayman Islands, negara dengan populasi kurang dari 60 ribu, memiliki obligasi AS senilai US$265 miliar per Maret. Nilai ini adalah yang terbesar ketiga setelah China dan Jepang, sekaligus menegaskan predikat Cayman Island sebagai negara surga pajak. Cayman Island tidak mengenal pajak perusahaan, membuat perusahaan multinasional menyimpan uang dalam jumlah besar di negara itu untuk menghindari pajak.
Sementara itu, Bermuda, negara surga pajak lainnya, memiliki obligasi AS senilai US$63 miliar. (den) | CNN Indonesia
Via
Nasional
Post a Comment