Kesehatan
Sosialisasi Vaksinasi di Medsos Kalah Gencar dengan Hoaks Anti Vaksin
Kalangan dewan meminta pemerintah untuk segera mengatasi disinformasi terkait vaksin Covid-19 yang banyak beredar di masyarakat.
Anggota Komisi I DPR RI Sukamta menegaskan, hal itu penting lantaran sangat terkait dengan efektivitas penanganan pandemi yang sedang dilakukan.
“Sejak awal pandemi, pemerintah terkesan kurang dalam berkomunikasi kepada masyarakat, bukan hanya soal kebijakan namun juga informasi terkait Covid-19. Akibatnya masyarakat terpapar informasi dari berbagai sumber melalui media sosial yang tidak sedikit di antaranya tidak jelas sumber beritanya dan bermuatan hoaks,” kata Sukamta kepada wartawan, Kamis (7/1/2021).
Komunikasi yang kurang diantaranya terkait rencana vaksinasi Covid-19. Kata Sukamta, sosialisasi yang dilakukan pemerintah kalah gencar dengan opini anti-vaksin atau hoaks soal vaksin yang beredar di dunia maya.
Opini tersebut menyebabkan sebagian masyarakat merasa takut untuk divaksin sehingga akan menyebabkan upaya sosialisasi lebih berat dilakukan.
Oleh karena itu, Sukamta berharap, pemerintah segera memperkuat upaya sosialisasi dan edukasi melalui kementerian terkait yang memiliki anggaran besar untuk melakukan hal tersebut secara masif dan sistemik.
“Di tengah kebijakan PSBB Jawa-Bali yang dilakukan, ini momentum tepat pemerintah perbaiki komunikasi penanganan Covid-19. Maksimalkan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk berkomunikasi dengan rakyat,” ujarnya.
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI itu juga meminta pemerintah perlu segera mengajak koordinasi semua kanal informasi seperti media elektronik, media cetak, dan media daring.
Sukamta menambahkan, pemerintah perlu menambah frekuensi komunikasi, memperbanyak konten-konten kreatif untuk edukasi dan sosialisasi dalam penanganan Covid-19.
“Gunakan semua ‘influencer’ dengan berbagai latar belakang. Ini penting untuk menguatkan kembali kedisiplinan masyarakat lakukan 3M, juga mengatasi hoaks soal Covid-19 karena jangan sampai PSBB yang dilakukan sia-sia karena lemahnya komunikasi,” demikian Sukamta.[prs]
Via
Kesehatan
Post a Comment