Guru Pondok Pesantren Seharusnya Berakhlak Mulia
KUAMANGMEDIA.COM - Sahabat kuamangmedia yang kami hormati dimanapun anda berada, Menjadi seorang guru yang betul-betul mampu di gugu dan ditiru bukanlah hal yang mudah, karena setiap penerapan pembelajaran yang akan di turunkan kepada santri setidaknya seorang guru harus melakukannya, semisal dalam memerintahkan untuk sholat 2 rokaat dhuha, sebagai seorang guru pondok wajib melaksanakan terlebih dahulu tanpa diperintah lagi oleh pengasuh yayasan.
Guru Pondok Pesantren Seharusnya Berakhlak Mulia |
Sayangnya pada zaman yang dikatakan serba modern masih banyak yang sering kita jumpai, seorang guru yang melalaikan pendidikan agama, sehingga membuat seorang guru harus lebih bijak menghadapi seorang murid yang bisa dikatakan degil ketika masuk di pendidikan pondok pesantren kurang maksimal Khususnya di kuamang kuning kecamatan pelepat ilir, kabupaten bungo.
Ditambah lagi guru muda yang masih minim ilmu sudah diberikan jabatan yang seharusnya belum ia terima, karena bisa jadi dari segi akademik juga tidaklah searah dengan yang saat ini di gelutinya.
Namun sebagai pengasuh pondok pesantrenpun harus mampu membaca bagaimana karakter serta sifat guru-guru yang ia terima untuk mengajar di pondok tersebut, hal ini sering kali di abaikan oleh pengasuh yayasan, karena sering menimbang akan sulitnya mencari guru yang betul sesuai dengan kriteria pondok pesantren.
TIPS Menjadi Guru Yang Berakhlak Mulia Sesuai Tuntunan Agama Islam
Guru adalah seseorang pengajar ilmu. Dalam Bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Berakhlak mulia atau berkarakter baik adalah tugas pokok seorang guru. Yakni memperkukuh daya positif yang dimiliki anak didik agar mencapai tingkatan manusia yang seimbang/harmonis sehingga perbuatannya mencapai tingkat perbuatan ketuhanan.
Maka menjadi guru yang berakhlak mulia bukan hanya menjadi seorang manusia pembelajar tetapi menjadi pribadi bijak, Sebagai seorang pendidik tentunya tidak terlepas dari tugas dan tangung jawab,
Tanggung jawab seorang pendidik tidak hanya mengajar dan memberikan nilai, tetapi juga bertanggung jawab untuk membentuk akhlak peserta didik agar mempunyai kepribadian dan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai agama. akhlak mulia bagi seorang guru mutlak diperlukan, karena guru adalah sosok yang perilakunya akan di contoh oleh anak didiknya, maka ada istiliah “guru kencing berdiri murid kencing berlari”.
Tentu jangan sampai kita memberikan contoh-contoh yang tidak baik, hadirkan teladan terbaik dari kita, karena sesungguhnya cara terbaik dalam mendidik adalah dengan memberi keteladanan.
Dalam perkembangan era globalisasi yang kian cepat disertai skala nasional akselerasi program di pendemi covid 19 ini, banyak memacu pemberdayaan pemuda memegang peranan kehidupan berbangsa dan bernegara.Melihat fenomena yang ada membuat saya tergerak untuk menulis dengan sudut pandang pribadi yg didukung dengan pengalaman saya melihat guru dalam mengajar anak didiknya.
Menjadi guru yang beraklak mulia memang tidaklah mudah. Harus memiliki usaha lebih, berfikir lebih & kelebihan-kelebihan lainnya yang akan menjadikan kita seorang guru yang berakhlak mulia. Bukan hanya sekedar bagaimana caranya mengajar, bukan hanya sekedar bagaimana membuat soal lalu menilainya, bukan hanya sekedar memberikan tugas kepada siswa. Semua lebih jauh dari itu, menyelami karakter anak dan menggali serta menemukan dan mengembangakan minat bakat dan potensi terbaik yang dimilikinya.
Anak-anak masa kini terlahir di zaman milenial di era kecanggihan dunia teknologi yang berkembang sangat pesat. Terlahir sebagai generasi Z yang hidup dekat bahkan erat dengan dunia teknologi yang bernama gadget dengan fasilitas internet yang sangat luas tanpa batas.
Dunia belajar menjadi kurang menarik bagi sebagian besar anak didik yang sudah mengenal gadget, karena gadget yang berisi game dan koneksi internet ternyata jauh lebih menarik dari belajar dan mengenal hal-hal baru.
Orangtua memberikan gadget kepada anak dengan berbagai macam latarbelakang/motivasi diantaranya:
- -Agar anak tidak main jauh keluar rumah & mudah diawasi.
- -Agar anak lebih tenang dan tidak rewel.
- -Orangtua beranggapan gadget sebagai stimulus yg efektif untuk perkembangan kecerdasan & motorik anak dengan berbagai game yang ada.
Jangan bangga jika anak anda ada berada aman di dalam rumah saja dan tenang hanya karena bermain dengan gadgetnya. Karena pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis nya harus seimbang dan perlu mendapatkan banyak stimulus yang tidak dapat di cover hanya dengan gadget.
Jadilah orangtua yang bijak & cerdas dengan membatasi , mengawasi & medampingi serta mengedukasi anak selama ia berinteraksi dengan gadgetnya. Agar peran guru dalam mendidik anak di sekolah tidak terkendala dalam mempersoalkan bantuan gadget namun jadilah sebagai anak didik yang memiliki kreatif bijak dalam mempunyai imajinasi tinggi bagi masa depan anak. Sehingga, peran guru mampu mendorong anak didik mencapai target keunggulan yang berkualitas bagi peserta didik.
Karena pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif.Oleh karena itu dalam usaha kita sebagai pemuda generasi bangsa dalam usaha untuk membangkitkan gairah anak didik tersebut. Saya menerapkan beberapa sistem yang di dapatkan oleh guru, yaitu:
- Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar;
- Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok;
- Meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap proses belajar mengajar;
- Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
Kita memang harus belajar untuk mencintai apa yang kita kerjakan sehingga pada suatu hari nanti timbul sebuah kepuasan & kebanggan dengan apa yang sudah kita kerjakan. Dengan mencintainya maka apa yang kita kerjakan akan terasa mudah & menyenangkan sehingga mampu memberikan hasil/ manfaat lebih bagi diri kita sendiri dan juga orang lain disekitar kita.
Jika menjadi baik itu adalah lebih baik, maka menjadi berakhlak mulia dari yang lain itu ternyata jauh lebih baik. Semua Guru tentunya harus menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing, yang membuatnya berbeda adalah ketika sang Guru mau berbuat sesuatu yang lebih untuk dirinya, siswanya dan juga lingkungannya.
(Penulis, Mahasiswa Universitas Nomensen Medan
Post a Comment