Aku Menantu Bukan Pembantu
Aku Menantu Bukan Pembantu
Melangkah tanpa ingin menoleh sedikitpun ke arah suara yang masih terdengar nyaring mencaciku, ku sunggingkan senyum tipis meski rasanya kesal sekali dengan sikap perempuan yang masih berstatus ipar bagiku,
Langkah kaki terasa ringan dengan perasaan yang sedikit terhibur karena kekesalan yang ku ciptakan untuk perempuan itu, biarlah aku tak perduli lagi dengan semua hinaan dan ancaman mereka, biar mereka tak lagi bersikap seenaknya padaku, dulu aku diam karena masih memikirkan Hasna.
Tapi sekarang tidak ada lagi yang aku hawatirkan, Hasna sudah cukup mengerti dengan apa yang terjadi dan gadisku pun juga sudah terlanjur kecewa dengan papa juga seluruh saudaranya yang selama ini tak pernah ada yang perduli dan menganggap keberadaan gadis kecilku,
akan kuciptakan bahagia untuknya, melukis masa depannya dengan warna warna yang cerah, keluar dari keluarga sakit itu adalah pilihan yang tepat untuk menjaga mental Hasna dari tekanan tekanan yang selalu diciptakan dirumah itu,
aaah memang malang nasib anak gadisku, tapi aku tak akan biarkan satupun orang menyakitinya lebih dalam lagi, tanpa sosok mas Yudha hidup kami tetap baik baik saja bahkan lebih baik dan terasa lebih damai.
Perut yang semakin keroncongan membuatku berhenti disalah satu warung mie ayam dipinggir jalan, mie ayam bakso dan jeruk hangat menjadi pilihanku untuk segera mengganjal perut yang sedari tadi minta di isi,
Saat menikmati makanan di depanku, dari arah pintu masuk terlihat mas Yudha sedang berjalan bergandengan dengan seorang perempuan, lumayan cantik, kulitnya sawo matang, dengan rambut bergelombang yang diberi warna kecoklatan dengan riasan yang cukup mencolok,
berjalan tanpa ragu dan sesekali nampak saling lirik persis anak muda yang lagi dimabuk cinta, santai bahkan tak sedikitpun ada rasa cemburu melihat lelaki yang masih menjadi suamiku bermesra di depan mata, mungkin rasa itu telah mati seiring rasa sakit yang terus diciptakannya dalam hubungan rumah tangga yang selalu hambar tanpa warna.
Tetap menikmati mie ayam yang lumayan enak dengan tatapan yang terus ku arahkan ke arah pasangan yang sedang kasmaran, ingin tau bagaimana reaksi mas Yudha saat dia melihatku ada disini dengan dirinya yang sedang menggandeng mesra wanita selingkuhannya, seru dan pasti menyenangkan, miris sekali kisah cintaku.
mengambil ponsel dalam tas, mengabadikan moment ini sepertinya cukup bagus, dan juga bisa jadi bukti baru perselingkuhannya, semoga bisa lebih mempercepat proses perceraian yang sedang aku layangkan, cekrek , bidikan yang pas, nampak sekali begitu mesra dan astaga... ternyata mas Yudha menyadari kalau sedang diambil gambarnya, uuuppz !
" Halwa"
mas Yudha melotot ke arahku dengan ekspresi terkejut dan terlihat dari gestur tubuh nya langsung salah tingkah, wanita yang sedang bergelayut manja dilengan kekarnya juga ikut terbengong melihat ke arahku
hingga mulutnya mangap membentuk huruf O, aaah biasa aja kali, aku aja yang istri sah tak sekaget itu, dalam hati aku bersorak bahagia melihat ekspresi pasangan di depanku, namun berusaha tetap dengan wajah dingin juga santai agar mereka semakin kelabakan karena terpegok, judulnya istri sah berhadapan dengan pelakor, aah seru.
" kenapa mas, kok kamu kaget gitu, lihat istri kayak lihat hantu saja." sengaja kuperkeras suara agar terdengar oleh orang yang ada disini, mempermalukan pasangan mesum ini sepertinya seru juga, aaah sifat jahilku mulai keluar.
mas Yudha langsung melepas tangan wanitanya, dan berjalan cepat ke mejaku dan memasang wajah seolah dia tak melakukan apa apa, lucu sekali pria ini.
"Halwa, aku mencarimu kemana mana, ibu menyuruhmu pulang kerumah, akhirnya Tuhan mempertemukan kita disini, habis ini ikut mas pulang, pasti ibu juga mbak Yeni sangat senang sekali.
"Mas Yudha terus saja bicara tanpa lagi menghiraukan kekesalan wanitanya yang mulai mengerucutkan bibir dan menghentak hentakkan kaki karena kesal dengan tingkah pria pujaannya, aaah begitulah pelakor, selalu hilang pamor saat ada dihadapan istri sah, karena sebejadnya seorang suami, pasti akan tetap menuju ke sang istri ketika dihadapkan diantara istri dan selingkuhan.
"Maaf mas, kita tidak lagi ada hubungan apapun, karena aku sudah melayangkan gugatan ke pengadilan, dan sebentar lagi kita akan jadi mantan, jadi kamu tidak perlu susah susah mencariku demi ibu dan kakakmu, karena aku sudah berhenti menjadi perempuan bodoh yang diam saja saat kalian jadikan pembantu gratisan,
owh iya, tuh kasihan kekasihmu kamu cuekin entar ngambek kamu repot loh." sengaja ingin membuat pasangan ini ribut dan membuat mas Yudha salah tingkah dan tentu malu karena semua tatap mata menyorot ke arah kami dengan suara suara tak enak diarahkan untuk kedua pasangan selingkuh di hadapanku, menyenangkan.
aku berdiri dan berniat untuk membayar makanan yang tinggal sedikit, sudah tidak ada lagi niat untuk menghabiskannya, dengan melihat wajah lelaki yang bertahun tahun sudah menorehkan luka dihidupku rasanya perut ini telah penuh dan menguap semua rasa yang ada.
" Halwa, ikut aku pulang sekarang." mas Yudha mencekal lenganku erat, hingga membuatku meringis menahan sakit.
" lepaskan mas, tanganku sakit dan satu lagi jangan paksa aku untuk kembali kerumahmu, jika hanya dijadikan pembantu." kutatap tajam ke arah lelaki egois dihadapan ku dengan perasaan benci juga muak.
" aku tidak akan melepaskanmu, jangan harap aku menyetujui gugatanmu, kamu akan tetap jadi istriku dan patuhlah pada ibuku seperti biasanya, jangan jadi istri pembangkang kamu." mas Yudha semakin erat mencekal lengan ini dengan tatapan nyalang penuh emosi.
Lanjutkan baca : Silent Member di Grup WA Keluarga
"terserah kamu mas, kita lihat saja keputusan sidang nanti, tapi yang pasti, aku tidak akan kembali kerumah itu lagi, owh iya, kamu!!" ku tunjuk ke arah perempuan yang sudah nampak semakin kesal dengan aksi mas Yudha.
"bukankah kamu punya hubungan dengan pria ini? ambil dia dan jangan biarkan dia mengemis pada perempuan lain, atau jangan jangan kamu tak benar mencintai laki laki ini?"
sengaja aku memancing emosi wanita selingkuhan suamiku, agar dia melarang mas Yudha mendekatiku, dan benar saja, wanita itu langsung menampar mas Yudha dan membuat lelaki itu melepaskan cekalannya dari lenganku dan beralih ke perempuannya, aah dasar buaya buntung."
disaat mereka sedang adu mulut, lebih baik aku segera pergi dari sini, meletakkan uang lima puluh ribuan ke meja dan segera berlari keluar menuju parkiran, tarik gas dan selamat tinggal mas,
maaf aku bukan lagi Halwa yang dulu kamu kenal, luka dan sakit hatiku telah merubah segalanya, aku bukan lagi wanita yang diam saja saat kalian sakiti, aku tak lagi mau tunduk dengan ancaman yang selalu kalian lontarkan, aku Halwa yang punya harga diri dan kebahagiaan yang harus ku perjuangan kan, selamat tinggal mas.
Post a Comment